Tentang | Mengunjung 28 Negara | Fam-Trip | Kontak

Seorang warga lokal sedang mendayung sampan di Danau Batur, difoto dari belakang dengan panorama alam.

Misteri Desa Trunyan: Rahasia Pohon Taru Menyan dan Tradisi Kuburan Bali


Daftar Isi

Pulau Dewata Bali selalu identik dengan pantai Kuta yang ramai, sunset di Seminyak, dan sawah terasering Ubud yang ikonik. Namun, di balik semua keramaian itu, Bali menyimpan warisan budaya yang luar biasa unik dan menyentuh. Di tahun 2016, aku memutuskan untuk mencari “Bali yang lain,” Bali yang otentik dan penuh dengan tradisi yang belum terjamah hype wisatawan.

Niat itu membawaku ke sebuah nama yang terdengar magis: Desa Trunyan. Desa yang terletak di Kecamatan Kintamani ini adalah jendela waktu, sebuah potret tentang bagaimana tradisi kuno Bali masih dipertahankan dengan ketat, terutama melalui adat pemakamannya yang legendaris. Inilah kisah perjalanan pribadi aku yang penuh kekaguman dan rasa hormat, menyingkap misteri di balik kuburan terbuka yang konon paling unik di dunia.

Perjalanan ke Sisi Lain Bali: Dari Sanur Menuju Kintamani

Mencari Keunikan di Bali yang Tak Terjamah

Bisa dibilang, aku adalah tipe traveler yang selalu penasaran dengan akar kebudayaan di setiap tempat yang aku kunjungi. Saat itu, Sanur adalah akomodasi kami. Perjalanan untuk mencari keunikan pun dimulai. Kami menyewa kendaraan untuk menempuh perjalanan darat dari Sanur menuju Kintamani yang memakan waktu cukup lumayan, sekitar 1 sampai 2 jam-an.

Perjalanan darat ini terasa seperti transisi yang indah. Semakin jauh dari pantai, semakin hijau dan tenang suasana Bali. Rasa penasaran terhadap adat pemakaman unik di Trunyan menjadi bahan bakar semangat kami.

Pesona Kintamani: Pemandangan yang Tak Pernah Mengecewakan

Tiba di kawasan Kintamani, pemandangannya sungguh memukau dan tidak kalah indah dengan daerah Bali lainnya. Pemandangan ini menjadi pengantar yang sempurna sebelum kami menyeberangi danau. Dalam perjalanan, kami juga bertemu dengan warga lokal yang ramah dan melihat tradisi harian mereka, meninggalkan kesan yang sangat mengesankan dan penuh kehangatan.

Panorama rumah-rumah tradisional Suku Bali Aga di Desa Trunyan di tepi Danau Batur, menunjukkan arsitektur dan kehidupan sehari-hari warga lokal

Ini yang kucari: Keanggunan dan Bakti Bali yang Sesungguhnya. Pemandangan ini adalah inti dari apa yang kami cari: Bali yang otentik. Wanita lokal ini berjalan dengan begitu anggun, membawa persembahan (Gebogan atau sesajen) di atas kepala. Tradisi ini disebut Nyunggi, melambangkan keseimbangan, ketenangan, dan bakti yang mendalam. Momen ini sungguh berkesan sebelum kami melanjutkan perjalanan air ke Trunyan. [Ini adalah potret budaya Indonesia yang wajib kita lestarikan.]

Wanita lokal Bali membawa Gebogan (persembahan/sesajen) di atas kepala (tradisi Nyunggi) saat perjalanan di Kintamani, menunjukkan keanggunan budaya lokal.

Melintasi Danau Batur: Menuju Desa Trunyan

Logistik Menuju Danau Batur: Menemukan Pelabuhan dan Sampan

Dari Kintamani, kami harus menuju ke pelabuhan di pinggir Danau Batur untuk mencari transportasi air berupa sampan bermotor. Di tahun 2016, aksesnya mungkin masih melalui pelabuhan lokal. (Sebagai informasi tambahan, saat ini penyeberangan utama biasanya berpusat di Dermaga Kedisan.)

Perjalanan di atas air memakan waktu sekitar 30-45 menit. Di atas sampan, Danau Batur terasa hening. Udara dingin dan permukaan air yang memantulkan langit menciptakan suasana yang tenang, namun juga penuh antisipasi menuju desa adat.

trunyan04
Traveler bersama warga lokal berjalan keluar dari sampan menuju pintu masuk Desa Trunyan di tepi Danau Batur.
Deretan kapal sampan bermotor bersandar di pelabuhan Danau Batur, siap mengantar wisatawan menuju Desa Trunyan, Kintamani, Bali.

Kapal-kapal ini adalah satu-satunya transportasi yang membawa kita melintasi Danau Batur menuju Desa Trunyan.
Foto ini harus mengingatkan kita tentang pentingnya kesiapan transportasi. Pastikan kamu sudah menegosiasikan harga sewa perahu (PP) dengan jelas sebelum berangkat, dan cek kondisi kapal agar perjalanan air 30-45 menit kamu berjalan lancar dan aman, seperti pengalaman aku di tahun 2016.

Membongkar Mitos: Sebuah Pengalaman Mengesankan yang Tak Terlupakan

Sebelum berangkat, aku memang sempat mendengar berbagai macam pengalaman negatif dari teman-teman, mulai dari rute yang kurang nyaman hingga cerita pengemudi sampan yang konon meminta uang tambahan. Hal ini membuat kami sempat sedikit was-was.

Namun, Alhamdulillah, perjalananku pada waktu itu berjalan dengan sangat lancar sampai tiba di Desa Trunyan. Pengemudi sampan kami justru ramah dan sopan. Pemandangan indah selama dalam perjalanan ke desa Terunyan sangat menyenangkan. Pengalaman positif dan sangat mengesankan ini membuktikan bahwa dengan niat baik dan sikap sopan, kita akan selalu disambut dengan keramahan dan kenyamanan, meskipun ada risiko travel trap yang patut diwaspadai di mana pun kita berada.

Inti Tradisi: Suku Bali Aga dan Filosofi Pohon Taru Menyan

Tiba di Tanah Adat dan Disambut Senyuman Hangat Penjaga

Setelah perjalanan air yang menenangkan, kami pun tiba. Kami langsung disambut oleh seorang Bapak Penjaga tempat tersebut dengan senyuman yang ramah. Beliau terlihat siap memulai menceritakan tentang keunikan pemakaman yang telah menjadi ikon Desa Trunyan.

Si Bapak Penjaga menjelaskan, bagi warga yang meninggal, mayatnya tidak dikuburkan sebagaimana umumnya. Melainkan, mayatnya akan dimakamkan di bawah pohon beringin. Setelah tubuhnya hancur, tengkorak mayat akan disingkirkan dan diletakkan di atas batu besar sebagai bagian dari prosesi adat.

terunyan

Suku Bali Asli: Sejarah Singkat Warga Trunyan

Menurut informasi yang kami dapat, warga yang tinggal di desa Terunyan ini adalah Suku Bali Asli atau yang dikenal sebagai Bali Aga. Mereka adalah keturunan paling tua di Bali yang mempertahankan adat istiadat leluhur, yang membuat tradisi mereka berbeda dari Hindu Bali pada umumnya.

Foto ini memberikan sekilas pandang pada arsitektur khas Desa Trunyan. Rumah-rumah tradisional ini adalah cerminan dari kehidupan Suku Bali Aga yang terisolasi dan sangat menjaga adat. Suasananya tenang dan terasa jauh dari hiruk pikuk Bali modern. Ini adalah pesona Trunyan yang sesungguhnya.

Kekuatan Pohon Beraroma Wangi (Taru Menyan)

Inilah kunci dari seluruh misteri ini. Si Bapak Penjaga menjelaskan bahwa nama desa TERUNYAN berasal dari kata Taru yang berarti “pohon” dan Menyan yang berarti “bau yang bagus.” Intinya adalah “Pohon dengan aroma yang bagus.”

Pohon beringin besar (Pohon Taru Menyan) yang tumbuh di dekat pemakaman ini dipercaya mengeluarkan aroma wangi yang secara alami menetralisir bau busuk dari jenazah yang diletakkan secara terbuka. Fenomena alam dan adat ini sungguh menakjubkan!

trunyan2

Pengalaman Langsung 2016: Kekaguman pada Ritual yang Sakral

Momen Langka: Beruntung Menyaksikan Jenazah Baru

Karena penasaran ingin melihat langsung tradisi ini, aku meminta si Bapak Penjaga untuk memperlihatkan jenazah yang baru. Si Bapak Penjaga tersenyum dan mengatakan bahwa tidak semua wisatawan beruntung dapat melihatnya.

“Kalian beruntung,” kata si Bapak Penjaga, “kebetulan ada salah satu warga yang baru meninggal 2 hari yang lalu.” Momen itu adalah puncak dari rasa ingin tahu kami.

Bukti Nyata: Tidak Ada Bau Busuk Sedikit Pun

Saat menyaksikan jenazah yang baru, aku dan rombongan sama sekali tidak merasa takut atau merinding. Kami semua terkagum! Tempat itu memang benar-benar tidak menghasilkan bau busuk sedikit pun! Fenomena ini secara langsung membuktikan kebenaran cerita tentang keajaiban pohon Taru Menyan. Ini adalah bukti nyata bagaimana alam dan tradisi bisa berharmoni secara sempurna. Kami kembali dengan rasa hormat dan kekaguman yang mendalam pada kearifan lokal.

terunyan3

Panduan Perjalanan dan Etika Kunjungan (Tips untuk Traveler Umum)

Hormat dan Sikap Santun di Lokasi Adat

  1. Berpakaian Sopan: Kenakan pakaian yang sopan saat mengunjungi desa.
  2. Izin Sebelum Foto: Selalu meminta izin kepada Bapak Penjaga atau pemandu sebelum mengambil foto, terutama objek yang sensitif.
  3. Jangan Mengambil Apapun: Dilarang keras mengambil benda apa pun dari area pemakaman.
  4. Konteks Budaya: Ingat, proses pemakaman ini disebut Mepasah dan hanya berlaku untuk warga yang meninggal wajar dan sudah menikah (Area Sema Wayah).

Tips Transportasi dan Biaya (Update 2025)

  1. Titik Penyeberangan: Titik penyeberangan utama saat ini adalah Dermaga Kedisan.
  2. Biaya Perahu (Update): Biaya sewa perahu pribadi (PP) saat ini sudah jauh lebih terstandardisasi dan cenderung lebih tinggi dari 2016. Pastikan kamu menegosiasikan harga dengan jelas di awal atau menggunakan agen yang terpercaya. (Perkiraan biaya per perahu saat ini berkisar antara Rp 700.000 – Rp 1.000.000 tergantung kapasitas).

3. Waktu Kunjungan: Pagi hari adalah waktu terbaik untuk menikmati Danau Batur yang tenang.

Tips Tambahan Khusus Muslimah Traveler

Protokol Pakaian dan Kehati-hatian

  1. Menjaga Modesty: Sebagai Muslimah Traveler, pertahankan pakaian tertutup dan longgar (modest dressing) di kawasan adat yang sakral sebagai bentuk penghormatan dan kenyamanan pribadi.
  2. Kesiapan Wudu: Bawa tisu basah atau wipes untuk menjaga kebersihan diri dan kesucian (wudu) karena ini adalah lokasi pemakaman yang memiliki aura kuat.

Akses Fasilitas Ibadah dan Halal Food

  1. Fasilitas Sholat: Desa Trunyan adalah desa adat Hindu Bali Aga. Fasilitas ibadah (musolah/masjid) mungkin tidak tersedia. Rencanakan jadwal sholat Jamak/Qashar di area Kintamani sebelum menyeberang.

    2. Makanan Halal: Rencanakan bekal makanan ringan sendiri, terutama jika Anda menghabiskan waktu seharian di kawasan yang didominasi restoran non-Halal.

Bonus untuk Pecinta Belanda

Buat kamu yang juga suka jalan-jalan ke Belanda, jangan lewatkan artikel berikut yang bisa jadi inspirasi itinerary kamu selanjutnya.

Baca juga:

Penutup: Refleksi Pengalaman Tak Terlupakan

Pengalaman di tahun 2016 di Trunyan adalah salah satu momen yang paling berharga dan tak terlupakan selama di Bali. Ia mengajarkan tentang keragaman, penghormatan, dan betapa uniknya tradisi Indonesia yang mampu bertahan di tengah modernitas. Perjalanan ini mengubah pandangan aku, dari sekadar destinasi menjadi sebuah pelajaran kebudayaan yang mendalam.

 

Bagaimana pendapatmu tentang tradisi unik Desa Trunyan ini?

Apakah kamu berani berkunjung dan menyaksikan langsung ritual pohon Taru Menyan? Yuk, bagikan pengalaman atau pendapatmu di kolom komentar di bawah! Jangan lupa share artikel ini agar lebih banyak orang tahu keunikan budaya Bali Aga.

 


MEDIA SOSIAL

Jangan lewatkan cerita perjalanan seru lainnya! Ikuti kami di  Facebook Page/ Instagram dan media sosial lainnya.

GooglePhoto: INDONESIA, Bali | Denpasar

Facebook: Elly Afriani (IndoHolland Tours)
Facebook Page: ellyafriani.blog

Facebook Group Travel Diaries Circle (TDC)

Travel Diaries (TDC) – Komunitas jalan-jalan, nge-blog, wisata dalam dan luar negeri.
Klik link Travel Diaries Circle disini: Grup Facebook Travel Diaries Circle (TDC).

travel diaries circle facebook group

Instagram

YouTube

TikTok

 

Pinterest

5 responses to “Misteri Desa Trunyan: Rahasia Pohon Taru Menyan dan Tradisi Kuburan Bali”

  1. […] fotografer pribadi ;-), memotret bagian ini, ia mengatakan ini adalah batu yang menyerupai kepala tengkorak. Setelah aku perhatikan dengan teliti, ternyata benar terlihat adanya 2 mata, bayangan hidung dan […]

    Like

  2. Wahjoe Avatar

    Wah bagus … aku belum pernah kesini… kalau ada rutenya dr kuta dan info seperti sewa mobilnya bisa lebih bantu pembaca …

    Liked by 1 person

    1. Elly Avatar

      Mkasih mas uda mampir, iya setiap hari aq perbaiki blog. Tar coba aq revisi lg mas ya.. Thank u;-)

      Like

  3. Sis SB Hipir Avatar

    Wat een spannende en een leuke verhaal Elly. Heel leuk om te weten. Gaat zo door, veel plezier nog met meer een spannende verhaal.

    Liked by 1 person

    1. Elly Avatar

      Thanks a lot! Leuk dat ook dit van jou hoor!

      Like

Leave a Comments

Elly Avatar

About the author