Awal Perjalanan: Dari Schiphol ke Kota Seribu Minaret
Turki adalah negara yang terletak di persimpangan benua Asia dan Eropa.
Perjalanan solo ini dimulai dari Bandara Schiphol, Amsterdam—bandara yang sudah menjadi titik awal petualanganku ke berbagai penjuru dunia. Ada sensasi yang khas saat berjalan sendiri menuju boarding gate, membawa koper kecil dan semangat besar. Dari Amsterdam, aku terbang langsung ke Istanbul dengan durasi sekitar 3,5 jam.
Begitu mendarat, aroma rempah-rempah dan semilir angin musim semi langsung menyambutku—seakan Turki tahu aku datang dengan hati terbuka.
Transportasi Pribadi dari Bandara: Vito Besar, Penumpangnya Cuma Aku!
Setelah mendarat di Istanbul, aku sudah memesan jauh-jauh hari transportasi dari bandara ke hotel melalui Booking.com yang membuat pengalaman ini begitu berkesan adalah—aku satu-satunya penumpang! Bayangkan, sejenis Mercedes Vito yang biasanya muat untuk 6–8 orang, kali ini hanya mengantar aku seorang diri. Rasanya seperti tamu VIP yang dijemput khusus.
Perjalanan dari bandara ke Hotel Centrum Istanbul memakan waktu sekitar 45 menit, melintasi jalanan kota yang mulai ramai menjelang sore. Sopirnya ramah, karena beliau gak bisa bahasa Inggris, maka komunikasi kami lewat google translate yang suaranya terdengar lewat loadspearker, sehingga aku bisa dengar suara pak sopir meski duduk berjauhan. Seru habis 😁 Interior dalam mobil dihiasi lampu kerlap-kerlip, bersih dan nyaman. Aku pun bisa menikmati pemandangan Istanbul dari balik jendela besar Vito tanpa gangguan. Ini jadi momen yang sempurna dari suasana bandara ke ketenangan hotel. Ternyata kota Istanbul juga kota macet, sehingga perjalanan memakan waktu dari biasanya, begitu kata pak sopir.
Menyusuri Jejak Sejarah: Blue Mosque, Hagia Sophia, dan Topkapi Palace
Hari-hariku di Istanbul dipenuhi dengan kunjungan ke ikon-ikon sejarah dunia. Blue Mosque yang megah, Hagia Sophia yang menyimpan kisah lintas agama dan zaman, serta Topkapi Palace yang membawa imajinasi ke masa kejayaan Kesultanan Ottoman. Semua tempat ini bisa kutempuh dengan berjalan kaki dari hotel yang sengaja kupilih di pusat kota.
Melakukan perjalanan solo ke Turki selama 5 hari. Tanpa teman perjalanan, aku justru menemukan kebebasan yang luar biasa—waktu sepenuhnya milikku, dan setiap sudut kota bisa kunikmati dengan ritme yang aku pilih sendiri.
Sejarah singkat Blue Mosque, Hagia Sophia dan Topkapi Palace, cerita-cerita dibawah ini aku ambil dari sumber online; yang aku akan bisa baca-baca kembali di kemudian hari.
Blue Mosque (Masjid Biru)
Blue Mosque atau Masjid Sultan Ahmed dibangun antara tahun 1609–1616 oleh Sultan Ahmed I. Ia ingin membuat masjid yang bisa menyaingi keindahan Hagia Sophia yang ada di seberangnya. Masjid ini terkenal karena: memiliki 6 menara, jumlah yang tidak biasa saat itu. Mesjid dihiasi lebih dari 20.000 ubin biru Iznik di bagian dalam, itulah asal nama “Blue Mosque”. Masjid ini masih aktif digunakan untuk ibadah dan juga terbuka untuk wisatawan.
Sejarah singkat Blue Mosque, Hagia Sophia dan Topkapi Palace, cerita-cerita dibawah ini aku ambil dari sumber online; yang aku akan bisa baca-baca kembali di kemudian hari.
Hagia Sophia
Hagia Sophia awalnya adalah gereja Kristen Ortodoks yang dibangun pada tahun 537 M oleh Kaisar Bizantium Justinian I. Bangunannya sangat megah dan pernah menjadi gereja terbesar di dunia selama hampir 1.000 tahun. Tahun 1453, setelah penaklukan Konstantinopel oleh Sultan Mehmed II, Hagia Sophia diubah menjadi masjid. Kemudian diubah menjadi museum oleh pemerintah Turki modern. Kini statusnya dikembalikan menjadi masjid aktif. Bangunan ini mencerminkan perpaduan budaya Kristen dan Islam, dan menjadi simbol sejarah Istanbul yang kaya.
Dress-code masuk ke dalam Blue Mosque dan Hagia Sophia
Sebelum masuk ke massjid-masjid ini disarankan pakai pakaian sopan, panjang dibawah lutut dan kepala ditutup. Di sekitar ada banya toko-toko yang menjual sjal tudung penutup kepala. Tapi, toko disekitar tidak menerima kartu-debit. Jadi usahakan bawa uang tunai Lira (mata uang Turki). Selain itu mereka terima mata uang EUR, yang kebetulan waktu itu aku beli kerudung motif “panorama Turki” seharga EUR 10,-
Sekilas Sejarah Topkapi Palace: Istana Para Sultan Ottoman
Saat aku berkunjung ke sana, suasananya sangat ramai. Pengunjung berjubel di setiap sudut, membuatku sulit menikmati setiap ruangan dengan tenang. Tapi tetap saja, aura sejarahnya terasa kuat—seolah aku sedang melangkah di lorong waktu, menyaksikan jejak para sultan yang dulu memimpin dunia dari tempat ini.
Sejarah Topkapi Palace dibawah ini aku kutip dari sumber online; yang aku akan bisa baca-baca kembali tentang tempat yang aku pernah kunjungi.
Topkapi Palace adalah istana utama Kesultanan Ottoman selama hampir 400 tahun, sejak dibangun oleh Sultan Mehmed II pada tahun 1459, tak lama setelah ia menaklukkan Konstantinopel (sekarang Istanbul). Istana ini dulunya menjadi pusat pemerintahan dan tempat tinggal para sultan, lengkap dengan ruang rapat kenegaraan, dapur kerajaan, dan harem yang misterius.
Bangunannya terdiri dari empat halaman besar dan banyak paviliun kecil, dengan gaya arsitektur campuran Ottoman, Islam, dan sedikit pengaruh Eropa. Di dalamnya tersimpan berbagai harta karun kerajaan.
Sejak tahun 1924, setelah berdirinya Republik Turki, Topkapi Palace diubah menjadi museum nasional dan kini menjadi salah satu destinasi wisata paling populer di Istanbul.
Kedamaian di Puncak: Sholat di Masjid Suleymaniye
Namun, momen paling menyentuh dalam perjalanan ini adalah ketika aku sholat Ashar dan Maghrib di Masjid Suleymaniye. Terletak di atas bukit, masjid ini menawarkan panorama Istanbul yang luar biasa indah. Tidak terlalu ramai turis, suasananya teduh dan menenangkan hati. Rasanya seperti menemukan ruang spiritual di tengah hiruk-pikuk kota.
Bosphorus Cruise: Menyaksikan Istanbul dari Perspektif Laut
Salah satu pengalaman paling menyenangkan adalah mengikuti tur Bosphorus Cruise selama dua jam. Melihat Istanbul dari atas kapal, dengan angin laut yang sejuk dan pemandangan kota yang memukau, membuatku merasa seperti berada di antara dua dunia—Asia dan Eropa.
Bazar Istanbul & Ikan Segar: Surga Kuliner dan Belanja yang Tak Terlupakan
Salah satu hal yang membuat aku suka kota Istanbul adalah bazarnya. Kota terasa hidup berwarna-warni dan penuh aroma. Dari Grand Bazaar hingga Spice Bazaar yang menggoda indera penciuman, setiap sudut kota menawarkan pengalaman belanja yang unik. Di sini aku bisa menemukan segala hal—dari rempah-rempah eksotis, kerajinan tangan, tekstil Turki, hingga perhiasan antik.
Tapi jangan cuma belanja—cicipi juga ikan segar Istanbul yang terkenal! Waktu itu aku makan ikan di pelabuhan setelah turun dari tur Bosphorus Cruise. Aku sangat menikmati balık ekmek (roti isi ikan panggang) yang dijual dari kapal-kapal kecil di tepi dermaga. Harganya? Super terjangkau! Sekitar 60–100 lira Turki (setara dengan €2–€3) untuk satu porsi dengan sedikit daun salada dan ikan panggang.
Pengalaman Menginap di Hotel Centrum Istanbul: Strategis, Nyaman, dan Dekat Segalanya
Selama 5 hari di Istanbul, aku memilih menginap di Hotel Centrum Istanbul, yang terletak di kawasan Sirkeci, hanya beberapa menit jalan kaki dari Hagia Sophia, Topkapi Palace, dan Blue Mosque. Lokasinya benar-benar ideal untuk wisatawan yang ingin menjelajahi kota dengan berjalan kaki. Hotel ini aku temukan lewat Booking.com, dan ternyata lokasinya benar-benar dekat dengan Hagia Sophia dan Topkapi Palace—persis seperti yang dijanjikan di deskripsi.
Kamarku dilengkapi dengan AC, TV satelit, dan Wi-Fi gratis. Setiap pagi aku menikmati sarapan di hotel yang harga sudah termasuk kamar, sambil aku memandangi panorama kota tua Istanbul—momen yang sangat menyenangkan untuk memulai hari.
Kalau kamu mencari hotel yang lokasinya super strategis, dekat tempat wisata utama, dan punya fasilitas lengkap, Hotel Centrum Istanbul bisa jadi pilihan yang tepat.
Apakah kamu suka cerita perjalanan desa-desa seperti di Belanda, cek juga pengalaman aku menjelajahi desa-desa cantik di Belanda.
Baca Juga:
-
Waktu Puasa di Belanda vs Indonesia: Perbandingan yang Mengejutkan!
-
Bersepeda di Belanda: Menikmati Alam Hijau di Millingen aan de Rijn
-
Jalan-jalan ke Dunia Fantasi Efteling, Belanda | ellyafriani.blog
Tips Makan Malam Hemat di Istanbul: Keluar Sedikit dari Pusat, Harga Bisa Setengahnya!
Kalau kamu sedang traveling ke Istanbul dan ingin menikmati makan malam yang enak tanpa menguras dompet, jangan terpaku di pusat kota. Di area-area turis itu, harga makan malam bisa mencapai €25 atau lebih—hampir sama seperti makan malam di Belanda!
Tapi ada trik hemat yang bisa kamu coba: cari restoran di luar pusat kota, seperti di sekitar bagian dalam, atau kawasan masjid Suleymaniye. Di sana, kamu bisa menemukan restoran lokal yang menyajikan makanan khas Turki dengan harga setengah dari harga turis, bahkan kadang hanya €8–€12 per orang untuk makan lengkap!
Tips Solo Traveling ke Turki
-
Pilih hotel di pusat kota agar mudah menjangkau tempat wisata
-
Jangan ragu untuk ikut tur lokal seperti Bosphorus Cruise
-
Sisihkan waktu untuk mengunjungi tempat ibadah yang tenang seperti Masjid Suleymaniye
-
Nikmati waktu sendiri—karena solo traveling bukan tentang kesendirian, tapi tentang kebebasan
Turki dalam 5 Hari, Pulang dengan Jiwa dan Raga Penuh Kedamaian
Tentu aku akan balik lagi ke Turki. InsyaAllah. Turki memberiku ruang untuk mengenal diri, menikmati sejarah, dan merasakan kedamaian spiritual. Jika kamu sedang merencanakan solo traveling, Turki bisa jadi pilihan yang sempurna.
Cuaca di Turki
Eits, sebelum berlibur selalu memeriksa prakiraan cuaca. Sangat nyaman juga untuk memilih pakaian apa yang mau dibawa. Coba periksa link berikut, prakiraan cuaca di Turki.
MEDIA SOSIAL
Dibawah ini ada beberapa link embed terkait menuju ke dunia maya maupun ke GooglePhoto.
GooglePhoto: Istanbul | Turki
YouTube



















Leave a Comments